Dua puluh dua minggu lebih satu hari. Calon bayi kami kini sudah memasuki trimester kedua. Morning sickness sudah berganti dengan nafsu makan yang menggila. Hohohoho…congok kaliii…!!
Di usia kehamilan ini gerakan si kecil makin jelas teraba dan makin sering terjadi, terutama setelah makan, mendengar lantunan ayat-ayat suci Al Qur’an atau ketika bundanya sedang senang. Alhamdulillah..
Sementara itu, bundanya merasa makin sering bolak-balik ke kamar mandi, mulai bengkak di telapak tangan dan kaki dan makin terasa berat di perutnya.
Tapi ya Alloh..ya Robbi..aku sama sekali tidak pernah merasa keberatan ataupun menderita. Tidak. Setiap rasa yang ada merupakan anugerah terindah yang Kau berikan padaku. Ya Alloh Yang Maha Pemberi berikanlah kesehatan jasmani dan rohani pada calon bayi kami..lindungilah ia dari segala apapun yang mengganggu dan membahayakannya..serta lancarkanlah kehamilan ini hingga persalinannya nanti. Amiiin..amiiin…yaa robbal ‘alamiiin…..
Episode Trimester Kedua
Episode Trimester Pertama
Alhamdulillah..itulah kata yang pertama terucap dari hati dan mulut kami ketika mengetahui testpack menunjukkan dua garis merah muda. Sebuah peritiwa yang membahagiakan di sebuah pagi pada 18 April 2009. Dan kabar bahagia itupun menyebar kepada seluruh keluarga besar kami. Ada banyak doa yang mengalir semoga kesehatan senantiasa berada bersama calon bayi kami dan saya sebagai calon bundanya. Amiiin..Kami pribadi pun berdoa dan berharap hal yang sama, semoga kehamilan ini lancar tanpa halangan berarti hingga saat melahirkan nanti.
Saat periksa ke dokter pada 3 Mei 2009, dia mengatakan usia kehamilan saya 7 minggu 3 hari berdasarkan ukuran janin dan kantong amnion dalam foto USG. Tapi saya kok merasa dokter itu salah ya? Kalo berdasarkan hitungan kami (saya dan suami), kandungan kami saat itu masih 5 minggu. Tapi entahlah. Jadi kalo berdasar perhitungan dokter, maka usia kandungan saya saat ini sudah 10 minggu 4 hari, sedangkan kalo menurut kami 8 minggu lebih sehari.
Seperti layaknya calon bunda- calon bunda lainnya, “pernak-pernik” yang biasa menyertai kehamilan pun menghinggapi saya. Morning sickness yang aduhai rasanya….
Episode Kawan Yang Hilang
Semasa SMP hingga SMU saya pernah memiliki seorang sahabat. Karena memiliki hobby dan kegiatan yang sama, hingga pernah pula satu kelas, maka kamipun menjadi dekat. Hohohoho…Tunggu dulu..Kami tidak berpacaran. Iya, dia memang laki-laki, saya perempuan dan kami besahabat. Meskipun orang bilang mustahil seorang pria dan wanita besahabat tanpa ada rasa cinta, but it was happenned to us. So..it was not impossible.. Oke kembali ke tanktop!!
Episode Earth Hour
Save earth from global warming by supporting earth hour. Turn off your lights for 60 minutes on March 28th 2009, starting at 8.30 pm local time.
Earth hour adalah program WWF yang dirintis sejak 2007 lalu dan dilaksanakan rutin setahun sekali setiap akhir Maret. Info lengkap tentang sejarah, manfaat dan cerita lainnya bisa dilihat di situs resmi earth hour, http://www.earthhour.org. Saat itu saya belum tahu, mungkin karena gaptek, atau sosialisasinya belum terdengar oleh saya, entahlah. Tapi tahun ini saya ingin mencoba berpartisipasi bersama jutaan warga dunia untuk mengurangi pemanasan global dengan mengurangi penggunaan energi. Meski hanya satu jam, tapi bila dilaksanakan oleh jutaan orang, bayangkan betapa besar energi yang bisa dihemat.
Coba kita hitung secara sederhana saja. Jika satu orang memadamkan satu lampu berdaya 10 Watt selama satu jam, maka energi yang bisa dihemat adalah sebesar = 10 X 1 jam = 10 Wh (watt jam). Jika ada 1.000.000 orang saja yang memadamkan masing-masing 1 lampu, kita bisa menghemat 10.000.000 Wh atau 10.000 KWh (kilowatt jam). Itu baru satu lampu 10 Watt dan baru satu juta orang. Bayangkan jika ada 50 juta orang yang berpartisipasi dan bukan hanya satu lampu yang dipadamkan, kita bisa menghemat puluhan bahkan ratusan megawatt jam energi listrik. Energi yang kita hemat ini bisa menjadi “tabungan” bagi masa depan. Lagipula, tagihan listriknya bisa berkurang kan, ibu-ibu?! Hehehehe…*pemikiran hemat seorang ibu rumah tangga*
Manfaat lainnya adalah kita bisa mengurangi produksi gas karbondioksida, yang mana kita tahu gas ini merupakan salah satu gas yang bisa melubangi lapisan ozon. Ko bisa? Iya, karena pembakaran bahan bakar fosil pada pembangkit listrik tenaga uap pasti menghasilkan karbondioksida. Nah, kalo penggunaan listriknya berkurang, maka pembakaran pun berkurang dan produksi karbondioksidanya pun berkurang. Kalo kita juga mematikan AC dan lemari pendingin selama earth hour, kita jadi bisa mengurangi produksi gas chlor dan fluor juga. Akan lebih baik lagi kalo earth hour ini bukan hanya setahun sekali, mungkin sebulan sekali, atau seminggu sekali, atau bahkan setiap hari? Dan bukan hanya satu jam saja?
Nah, tunggu apalagi, untuk hidup yang lebih baik, mari dukung earth hour, dan lihat hasilnya bagi bumi kita tercinta.
Episode Trip To My New Workplace
Mburuh di pabrik baru menuntut saya untuk lebih keras berjuang dan berusaha menyesuaikan diri. Topografi wilayah yang bergelombang, jalan tanpa aspal yang dikelilingi kebun sawit serta rawa yang bertebaran merupakan tantangan tersendiri bagi saya ketika menuju pabrik. Karena bigboss belum kembali dari dinas luarnya, terpaksa pagi ini, untuk kali pertama, saya sendirian pergi ke pabrik menaiki kuda besi tercinta. Untungnya sebelum bigboss berangkat, saya sempat minta untuk dibuatkan peta menuju kesana, jadi saya tak perlu mencari sendiri, tak perlu sering-sering bertanya pada orang dan tak perlu nyasar, kikikikikik.. *grin*
Jadiiii…dengan ditemani si peta, saya pun memulai perjalanan (ko jadi berasa kayak Dora yaks??!). Di awal perjalanan, saya harus menembus kurang lebih 5-6 km kebun sawit yang rapat dan sunyi. Sesekali berpapasan atau disalip juga siih..sama truk pengangkut buah sawit atau kuda-kuda besi lainnya. Tapi itu pun intervalnya mungkin ga kurang dari 15 menit sekali. Sisanya ya..sepiiiii banget! Saya sempet juga ketemu sama uler warnanya ijo, kurus dan panjang lewat di tengah jalan dan hampir saja terlindas oleh kuda saya. Sayang ga sempet saya ambil gambarnya. Habis itu, saya harus melewati jembatan kayu selebar 3 m dan sepanjang kurang lebih 100 m yang berdiri diatas rawa. Itu jembatan cuma cukup untuk satu kendaraan aja, jadi kalo ada yang lagi nyebrang dari sisi seberang, terpaksa kita harus nunggu dia untuk sampai di sisi kita, baru kita bisa lewat. Meskipun cukup kuat untuk dilewati mobil dan truk kecil, tapi tetap saja berderik keras waktu saya lewat diatasnya dan cukup membuat saya tegang.
Jembatan sepanjang 100 m. Ini hanya terlihat separuhnya saja, di balik tanjakan masih berlanjut jembatannya.
Sukses melewati jembatan kayu, saya dihadapkan lagi dengan kebun sawit hingga akhirnya saya masuk ke pemukiman. Tapi ini belum selesai, untuk sampai di pabrik, saya masih harus melewati satu jembatan kayu lagi dengan lebar sama namun kali ini lebih pendek, mungkin hanya sekitar 50 meter-an. Yang ini pun sama berderiknya. And..tadaaaaa…sampailah saya ke pabrik. Fyuuhh…finally.
Lega? Iya laahh.. But wait, saya kan harus melewati rute itu lagi buat pulang yak?? OMG!! Hhhh.. smoga saja saya bisa terbiasa.
Sahutan Terakhir